Selasa, 25 Desember 2012

My Heart

Hanya "Hati" dan "Pikiran" yang mampu menembus sekat-sekat yang membatasi raga. kau boleh saja melarangku untuk tetap berada diruang dan waktu tertentu. tapi kau tdk bisa memenjarakan hati dan pikiranku u/ meluapkan segala yg kuterima, segala yg terpikir, karena hati dan pikiran mampu menembus sekat-sekat agama, budaya, suku, ras, bangsa, bahkan realitas yang belum mewujud. Sebuah anugerah Tuhan yg harus disyukuri. syukur dgn mempergunakan sebaik-baiknya meski dgn menembus yang paling sensitif di sisi manusia. aku yakin Tuhan bangga ketika Ia menyaksikan kreasinya difungsikan. Bukan hanya sebagai penurut, penyontoh, atau penerima tanpa dikritisi.

My Brother



My Brother
Kak, hari telah senja
Waktu kian mendekat menjemput malam
Dalam segenap sunyi dan kesendiriannya
Aku terus berlari sekencang-kencangnya
Susuri aspal halus di tengah kota ini
Membincang langit yg menggadaikan masa riangku
Terus berbicara dengan hati dan pikiran sendiri
Mengingat semua rentetan titik-titik yg berjejal di alam kenangan
dari awal kau bawa aku ke kota ini, hingga sekarang
kau memang pengganti ayah
yg sudah tua, tak berdaya
kak, hari sudah malam
aku masih saja berlari kencang
dengan sepeda hasil beasiswa kita
susuri keramaian kota yg sudah mulai sesak
terus berlari sekencang-kencangnya
hingga aku lelah, perih
dan akhirnya berteduh pelan di ruang Tuhan
kak, walau aku selalu curhat pada-Nya
meminta apapun yang kumau
bahkan yg tak kuketahui sekalipun
tapi aku juga ingin bercerita padamu
aku ingin bercerita sesederhana dan sebebas mungkin
sebebas ketika aku berlari mengejar belalang di musim penghujan
atau di saat aku mencari siput di saat masa tanam padi waktu ku kecil dulu
aku ingin bercerita sepanjang mungkin, sepanjang ikhlasmu mendidikku
kau tau, aku sangat menyukai diskusi2 kita
tentang pendidikan, tentang politik, tentang sejarah,
tentang budaya, tentang agama dan filsafat
tentang semua meski jurusanku berbeda denganmu
kau selalu menemaniku dalam pikiran
dan aku sangat senang melompati linieritas akademikku kala berdiskusi
kak, aku selalu merindukan diskusi-diskusi itu
merindukan kisah-kisah lucu
merindukan perhatianmu
kak, malam sudah larut
aku telah sampai kost
tidak lagi berlari
tapi pikiranku masih saja melaju, entah kemana
aku masih merasa belum dewasa kak
aku masih ingin belajar agar kelak ku bisa sepertimu
kini kusadari bahwa kau adalah inspirasi hidupku
bawa aku pada proses panjang yang tak juga bisa kusimpulkan hasilnya
entah apa jadinya aku kelak, semoga tidak akan mengecewakanmu
kak, panjang sekali ya ceritaku
adikmu ini memang suka bercerita
hahaaa mungkin itu semua aku dapat dari watak organisasiku
yang gemar berbicara dan berdialog
aku mohon maaf kak
dulu aku sering membangkang, keluar malam melewati jam pulang
bahkan tanpa sepengetahuanmu pernah ku memanjat pagar kost
aku sering ikut diskusi, demonstrasi hingga sakit
semua itu kutahu sangat mengkhawirkanmu
kak, sekarang aku tidak lagi seperti itu
aku bangga ketika akhirnya kau percaya padaku
dan bilang bahwa adikmu ini sgt bertanggungjawab atas akademiknya meski sering keluyuran
yaaah kakak
aku tak tahu harus berkata apa lagi
kau yang selalu sabar mendidikku
selalu memenuhi kebutuhanku di sini
selalu membantuku menyelesaikan kesulitanku
kini telah kembali, dan jarang kemari
kak,, bolehkah aku bercerita
kini bukan tentang akademik, bukan tentang tesis, bukan tentang tema diskusi yg biasa kurindukan
aku ingin rehat sejenak tentang itu
dan bolehkah aku menangis keras, sekeras kumelajukan sepedaku senja tadi?
aku hanya ingin bercerita bahwa adikmu kini sedang rapuh
sedang letih dalam benturan cinta dan penantian
aku menyukai dan mencintai putra tunggal itu kak
mencintai kesederhanaannya, kegigihannya dalam belajar
kepintarannya, keindahan tulisannya, dan sikapnya yang tenang
ia begitu teduh seperti air
begitu sopan, lentur, dan lugas
apakah aku salah menantinya?
Kadang aku berpikir mungkin aku tak pantas untuknya
Aku tidaklah sepintar dia, tidaklah segigih dia
Tidak pula sesopan dan selentur dia
aku ingin belajar menjadi yang pantas
kau tahu tidak? Aku telah membeli banyak buku-buku bagus magrib tadi
lumayan tebal dan mahal
agar nanti aku bisa menyamainya dalam berpikir, bisa menjadi teman diskusinya yang nyambung
kak.. malam semakin larut
kertas kosong sudah terisi
coretanku penuh dengan sayatan resah
banyak hal yg tak bisa kuungkap dan tulis
mungkin lain kali..

hana
25 desember 2012

Surat buat mama



Surat buat mama 
Mama…                                                               
Tak pernah terpikirkan sebelumnya bahwa aku akan terlampau jauh sekarang
Mengais secuil makna hidup yg kerap kau ajarkan sepanjang kubernafas
Menggapai apa yang kusebut ‘asa’ dan ‘doa’
Lalu kusematkan pada dinding-dinding ruang  kosong, dilubuk hatiku
Ma..Orang bilang anakmu ini belum dewasa
Selalu saja berkeluh disaat setitik masalah menerpa
Selalu saja ingin terhibur saat sepi menyapa
Selalu saja menangis seperti waktu kau gendong aku saat haus
Yaah ma…
Yang dibilang org itu benar
Kau ingat bukan? Saat aku sempat pulang dulu
Bila aku lelah sedikit saja, aku merengek meminta dipijat
Bila aku tersinggung barang secuilpun aku mengadu meminta didengar
Bila aku merasa dihina seujung kuku saja aku menangis mendekap memintamu memarahinya
Kaupun pasti masih ingat saat ku pulang untuk kedua kalinya
Kuceritakan semua pahitku di rantau ini, tanpa menceritakan manisnya
Kubuat kau terharu dan menangis
Kupaksa kau untuk selalu mendoakanku
Walau kutahu kau tak jemu-jemunya setiap waktu mendoakanku
Aah mama….kau pasti ingat bukan? Tentang kemanjaan anakmu, tentang kerapuhan anakmu tanpamu…
Mama…
Kembali ku mengenang
Kau masih ingat bukan? Saat aku pulang puasa kemarin
Aku selalu memaksamu menyuguhi semua makanan yang aku mau
Aku selalu meminta barang-barang yang aku suka
Tanpa memperhatikan dari mana engkau akan mendapatkannya
Kau pun masih ingat bukan?
Saat aku mengomel bahwa selama empat tahun dirantau aku baru pulang tiga kali
Tanpa pernah mau tau bahwa disetiap saat, disetiap ruang yang kau tempati
Mungkin kau mengeluh, menekan sabarmu karna merindukanku
Ah mama… anakmu masih saja seperti dulu
Egois dan banyak tingkahnya
Mama…
Aku sadari semua itu sebagai suatu kekeliruan
Hingga pada suatu nanti kekeliruan itu kubawa sebagai saksi atas keegoisanku
Karena itu, sebelum aku sampai pada penyesalan
Ajari aku mendoakanmu
Ajari aku bagaimana menghargaimu
Ajari aku bagaimana menyusun tulus seperti uraian air mata yang tak hentinya kau teteskan kala berdoa
Ajari aku mama..
Bagaimana kasihmu membawa hasrat adil bagi semua anak-anakmu
Ajari aku ma
Bagaimana peluhmu menuntun hasrat bersyukur atas jerih payah yang tulus
Ajari aku ma..
Bagaimana bersikap adil kepada sesama, kepada siapa saja
Ajari aku bagaimana melawan penindasan
Agar aku tak menindasmu karena pembangkanganku
Mama…
Cukup panjang kiranya ceritaku
Kau tau kan maa
Aku hanya bisa mencoret-coret dalam ruang bebas nan kasar
Seperti kau mencoret hanya dalam pikiran yg tertekan
Hanya dalam langit-langit jiwa yang kelam
Atau dalam guratan senja yang temaram, yang tenggelam
Dalam tangisku yg bersedu, semua bayangmu menganga
Sungguh aku merindukanmu ma…
Mama…
Walau kusadari aku belum dewasa dalam umur yang tak lagi kekanak-kanakan
Aku masih ingin bercerita.. kali ini tentang perasaanku…yang mungkin kau tak pernah tau
Ma…Suatu kali aku melangkah menyusuri keheningan senja
Hendak mencari ketenangan setelah ku tahu aku rapuh dan kecewa
Aku terus melangkah, sampai senja temaran dan tenggelam
Waktu itu aku menangis untuk kesekian juta kali maa
Ia yang menghampiriku saat ini, membelaiku dengan manja
Mendustaiku dan membodohiku…
Ah mama…
Di sini, ditempatku yang jauh darimu
Aku tak punya siapa-siapa tempat mengadu
Tak bermaksud melupakan Tuhan kita
Hanya saja aku tak punya tempat bercerita yang langsung mengerti dengan tatapannya
Maka…aku menulis ma
Menulis dalam bentuk yang tak sebaik tulisan temanku Felita apalagi pujangga
Ahhh ma..betapa anakmu ini ingin seperti Pramoedya
Betapa anakmu ini ingin seperti Soe-Hok-Gie
Seperti Gusdur
Seperti Fatima Mernisi
Seperti Rifat Hasan dan Amina Wadud
Betapa anakmu ini ingin seperti mereka
Mereka yang berhasil menanam ‘humanism’ disetiap tulisannya
Pasti ibu mereka sangat bahagia kan ma?
Oooh maafkan anakmu
Aku tau kau tak menginginkan apa-apa dariku
Kecuali senyumku….
Maa…. Aku merindukanmu

Hana (20 Desember 2011)

Senin, 03 Desember 2012

Cyberspace: syurga atau neraka?

kita telah sampai dan telah jauh berkelana pada realitas cyberspace (jagad maya), di mana realitas yg senyata-nyatanya telah menjd kabur sekabur-kaburnya, realitas bikinan kapitalis teknologi media yg tentu bermuara pada keuntungan besar pd dirinya, dgn janji kebebasan, demokrasi, keterbukaan, dan syurga dunia tanpa sekat agama, ras, budaya, jarak, dsb. sebuah janji yg sgt manjur terhadap org yg mengikuti dan berlindung pada kekuatannya...cyberspace sebagai dunia baru yang diciptakan oleh teknologi media, menurut Mark Slouka merupakan dunia yang menggeser makna realitas nyata manusia yang sebenar-benarnya. Slouka menangisi hilangnya realitas-realitas masa lalu kita yang di dalamnya terkandung realitas yang jauh lebih bermakna, jauh lebih jujur, dan jauh lebih arif. Slouka menyayangkan dinamika kehidupan manusia yang tenggelam dalam realitas semu yang justru menjadikan kita seperti orang dungu, dan menjadikan kita secara kolektif seperti bocah-bocah yang mudah ditipu (Slouka dalam Astar Hadi, 2005: 10). sejauh apapun kritik Mark Slouka terhdp kegilaan jagad maya ini takkan mampu menggeser kekuatan dan pengaruhnya. tp mungkin kritik beliau akan terasa dan mempan di saat manusia secara kolektif menyadari kelemahan cyberspace itu sendiri n di saat alam nyata ini sudah benar2 rusak... benarkah?? itu tentu pandangan saya. saya pikir inipun akan sgt bergantung pada cara pandang setiap orang terhadap kehadiran cyberspaces ini, akankah ia dipandang sebagai syurga dunia atau neraka dunianya?.

Cyberspace: Wajah Baru Imperialis-Kapitalis Global (Analisis Film Avatar)



Berkas:Avatar-Teaser-Poster.jpg
Cyberspace: Wajah Baru Imperialis-Kapitalis Global
(Analisis Film Avatar)[1]
By: Rohana[2]
Sinopsis
Jake Sully (Sam Worthington), mantan angkatan laut Amerika Serikat yang terluka dan cacat akibat perang. Ia terpilih untuk berpartisipasi dalam program Avatar, yang memungkinkannya bisa berjalan kembali. Jake menuju ke Pandora, sebuah hutan nan subur yang penuh dengan berbagai macam makhluk hidup yang baik dan yang mengerikan. Pandora juga rumah bagi suku Na’vi, makhluk yang mirip manusia dengan kehidupan primitif serta memiliki kemampuan seperti manusia. Saat manusia mencoba memasuki Pandora untuk menambang mineral yang ada di sana, suku Na’vi memerintahkan para prajuritnya untuk melindungi negerinya dari ancaman. Jake direkrut untuk menjadi bagian dari proyek ini. Karena manusia tidak dapat menghirup udara di negeri Pandora, maka mereka menciptakan makhluk yang mirip suku Na’vi yang mereka sebut sebagai Avatar. Di Pandora, dengan tubuh Avatar, Jake dapat berjalan kembali. Di hutan Pandora, Jake melihat banyak keindahan dan bahaya. Ia juga bertemu dengan wanita muda Na’vi bernama Neytiri (Zoe Saldaña).
Seiring berjalannya waktu, Jake berbaur dengan suku Na’vi dan jatuh cinta kepada Neytiri. Pada akhirnya, Jake terjepit antara tujuannya dikirim oleh perusahaan tambang ke Pandora dan suku Na’vi, yang memaksanya untuk memihak pada satu pilihan yang akan menentukan nasib suku Na’vi dan manusia di Pandora.
Pandora
Pandora (pengucapan /pænˈdɔərə/ pan-DOHR), adalah bulan fiksi pada film Avatar karya James Cameron dan seting pada permainan video Avatar. Bulan ini mengorbit planet raksasa gas yang bernama Polythemis. Pandora adalah bulan ekstraterestrial yang rindang dengan kehidupan yang unik. Pandora dihuni banyak makhluk cantik, tetapi banyak juga yang mengerikan. Pandora juga merupakan tempat tinggal suku Na’vi. Mereka adalah suku humanoid yang primitif, tetapi secara evolusi lebih maju dari manusia. Dengan tinggi tiga meter, dengan ekor dan kulit berwarna biru, Na’vi hidup dalam kedamaian.
Ciri paling penting Pandora adalah atmosfer berbasis amonianya. Manusia dapat bertahan di permukaan Pandora tanpa alat pelindung, namun mereka memerlukan persediaan oksigen atau mereka akan tewas. Ciri penting lain yang mengundang manusia datang ke tempat ini adalah mineral langka yang disebut "Unobtainium". Unobtainium memproduksi gaya magnetik yang kuat dan vital untuk memproduksi komponen kapal angkasa Bumi yang maju. Sementara Unobtainium sangat langka di bumi, tapi jumlah Unobtainium sangat banyak di Pandora. Vertebrata di Pandora berevolusi hingga memiliki enam kaki (kecuali Na'vi). Hewan terbang memiliki dua sayap dan empat kaki[3].
Analisis
Abad 21 ditandai dengan meledaknya informasi sebagai imbas dari ekselerasi perkembangan teknologi media. Melalui jaringan computer global yang lebih popular dengan perangkat internet, ideology (kapitalisme) pasar media  telah merembet ke dalam sisi-sisi paling subtil masyarakat seluruh dunia (Astar Hadi, 2005: vii). Dengan perangkat computer yang terjaring, akses terhadap informasi apapun dapat dengan mudah terwujud. Perangkat ini mampu menciptakan system dunia baru yang berbeda dengan realitas dunia nyata secara hakikatnya.
Teknologi computer yang dewasa ini telah terjaring dan bahkan melampaui realitas nyata ini merupakan perkembangan dari teknologi mesin yang berfungsi sebagai alat penggerak energy manusia dan menggantikannya untuk tujuan efesiensi, efektivitas, dan tentu keuntungan besar-besaran dari pembuat teknologi itu sendiri. Teknologi mesin dan computer bersinergis menciptakan kekuatan yang nantinya dapat mengeksploitasi tidak hanya manusia, tetapi juga alam. Dalam film avatar digambarkan bagaimana mesin dan computer mengambil peran yang begitu signifikan dalam proses eksploitasi manusia dan alam. Sebagian manusia hanya berperan sebagai subjek sekaligus objek dalam pemuasan hasrat manusia lainnya yang berperan pencipta teknologi dan pengais keuntungan (kapitalis) itu.
Berawal dari janji keuntungan berlipat ganda setelah misi tercapai, yaitu setelah tergesernya orang-orang pribumi (masyarakat local) yang menempati tanah subur dengan kekayaan alamnya yang tak terkira, manusia modern, pemegang dan pengontrol mesin ini berupaya sekuat daya dan pikiran untuk menuntaskan misinya. Dengan bantuan mesin penggerak mereka mampu merusak dan menghancurkan tempat tinggal pribumi local. Namun kekuatan energy alam yang telah berinteraksi lama dengan jiwa-jiwa orang-orang pribumi, dapat menghalau kekuatan mesin mereka. Namun kapitalis tetaplah kapitalis yang tak pernah berhenti dari pikirannya tentang keuntungan besar. Mereka terus berupaya dengan jalan apapun untuk meraup keuntungan tersebut. maka digambarkan dalam film avatar ini bagaimana mereka berupaya mendekati secara psikologis orang-orang pribumi agar mau berpindah dari tanah mereka yang menguntungkan itu. Diciptakanlah mesin yang sangat canggih yang mampu membuat manusia berbeda dengan aslinya. Melalui penggabungan DNA manusia (modern) dengan DNA orang pribumi local hutan, dan hal tersebut tentu tak lepas dari kerja mesin, maka menjelmalah manusia tersebut menjadi makhluk pribumi seperti yang mereka inginkan. Ilmu pengetahuan begitu cepatnya merambat ke wilayah yang dalam dari sisi pisik dan psikis manusia. Ilmu pengetahuan menjadi alat untuk membantu manusia mencapai hasrat baik hasrat mengembangkan pengetahuan itu sendiri atau hasarat kapitalis yang hanya menginginkan keuntungan besar bagi diri dan kelompoknya.
Film avatar menggambarkan bagaimana manusia yang telah diperalat mesin tadi mencoba mendekati orang pribumi dan menyelami setiap tindakan dan geraknya. Dan lagi-lagi yang diperalat atau yang menjadi objek adalah manusia-manusia yang syaraf-syarafnya mendekati atau mirip dengan syaraf pribumi. Maka dipilihlah orang yang cocok. Senyatanya dalam film avatar ini menjelaskan bahwa yang cocok untuk kehidupan orang pribumi adalah mereka (manusia) yang memiliki hati atau lebih tepatnya yang memiliki tujuan yang baik, tidak mengancam atau merusak keseimbangan manusia dengan Tuhannya, dengan sesamanya, dan juga dengan alam tempat mereka tinggal. Inilah sebuah kritik bagi pemegang kekuatan teknologi mesin dan computer yang hanya focus pada kekuatan teknologinya tanpa memandang dan memperdulikan manusia sebagai subjek pengendali diri dan sosialnya maupun alam sebagai penyeimbang kehidupan manusia. Alam dan manusia memiliki keterikatan energy, jiwa, dan kekuatan yang mampu menyeimbangkan system kehidupan secara universal. Apabila keseimbangan itu diusik, maka akan hancurlah kehidupan manusia dan alam itu sendiri. Kritik humanis yang dibangun dalam film tersebut sejalan dengan kritik humanis Mark Slouka terhadap cyberspace dewasa ini. cyberspace sebagai dunia baru yang diciptakan oleh teknologi media, menurut Mark Slouka merupakan dunia yang menggeser makna realitas nyata manusia yang sebenar-benarnya. Slouka menangisi hilangnya realitas-realitas masa lalu kita yang di dalamnya terkandung realitas yang jauh lebih bermakna, jauh lebih jujur, dan jauh lebih arif. Slouka menyayangkan dinamika kehidupan manusia yang tenggelam dalam realitas semu yang justru menjadikan kita seperti orang dungu, dan menjadikan kita secara kolektif seperti bocah-bocah yang mudah ditipu (Slouka dalam Astar Hadi, 2005: 10). Sebuah pandangan Destopian yang mengatakan bahwa cyberspace adalah dunia yang sebenarnya mengisolasi, menggeser makna realitas sebenarnya, dan menjadikan hilangnya realitas. Sebuah dunia yang mengacaukan keseimbangan, mereduksi nilai-nilai dan identitas local. Sebuah ruang yang tumpang tindih, mengapung dalam realitas semu yang sulit dimaknai, dan hilangnya batas-batas social manusia.
Film avatar menegaskan arti pentingnya keseimbangan yang nantinya membentuk hubungan yang harmonis antara makhluk dengan Tuhannya, dengan sesamanya, dan dengan alamnya. Hal ini digambarkan dengan perlawanan orang-orang pribumi local hutan avatar terhadap pengrusakan alam mereka, terlebih terhadap kekuatan yang disimbolkan pada pohon raksasa, dan juga tempat suci mereka yaitu tempat jiwa-jiwa suci. Pada abad ini sebenarnya masih banyak yang mengkritik hal serupa seperti apa yang digambarkan film avatar sendiri. Masyarakat local member perlawanan dengan membentuk kekuatan resistensi pada kelompok-kelompok mereka dengan tujuan membendung masuknya para kapitalis yang berniat menggeser nilai-nilai dan kekuatan alam mereka. Meskipun perlawanan ini boleh dibilang tidak mempan karna memang globalisasi teknologi dan media merambat jauh ke wilayah domestic masyarakat pribumi local, namun setidaknya hal tersebut dapat meminimalisir arus dan dampak besar yang ditimbulkan teknologi tersebut.
Akhirnya film avatar sampai pada pesan kritiknya bahwa teknologi adalah buatan manusia. Ia hanya diatur dan dikontrol oleh manusia. Ia dapat dikalahkan oleh kekuatan yang berimbang dari kekuatan-kekuatan alam dan manusia. Dampak teknologi memang hanya akan mengacaukan keseimbangan apabila yang memegang control adalah mereka-manusia yang hanya menginginkan keuntungan dengan mendistorsi manusia dan alam. Dan sejauh ini, teknologi-teknologi tersebut tidak pernah lepas dari penjajah dan kapitalis-dengan bentuk dan wujud apapun, nyata atau maya, kasar atau lembut, penjajah dan kapitalis tetaplah menyesatkan dan mengacaukan.
Referensi: Astar Hadi, Matinya Dunia Cyberspace: Kritik Humanis Mark Slouka terhadap Jagat Maya, Yogyakarta: LKiS, 2005.

[1] Analisis ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Internet dan Masyarakat Virtual yang diampu oleh Labibah Zain, MLIS.
[2] Adalah mahasiswa jurusan Interdiciplinary Islamic Studies konsentrasi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
[3] http://id.wikipedia.org/wiki/Avatar_%28film_2009%29. Diunduh pada tanggal 04/12/2012 pukul 10.46 WIB.